hama dan penyakit pada ubi kayu (singkong)
DAFTAR
ISI
Kata pengantar.......................................................................................................i
Daftar isi...............................................................................................................ii
BAB1.PENDAHULUAN
A. latar belakang...................................................................................................1
B. merumuskan masalah.......................................................................................1
C. pembatasan masalah.........................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN
A.pengertian ubi kayu
(singkong).........................................................3
B.hama dan cra pengendalian..............................................................................4
C,penyakit dan cara pengendalian.......................................................................9
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan.....................................................................................................13
B.Saran..........................................................................................................13
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
ketela pohon
, atau yang lebih dikenal dengan Singkong atau ubi kayu, merupakan pohon
tahunan tropika dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae. Umbinya dikenal
luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai
sayuran.Singkong Merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik
rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis
singkong yang ditanam. Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan.
Tanaman ubi kayu ini juga
dapat di serang oleh hama nematoda dan dapat Menimbulkan penyakit dan
menyebabkan tanaman menjadi rusak. Hama adalah hewan yang merusak tanaman atau
hasil tanaman karena aktivitas hidupnya, terutama aktivitas untuk memperoleh
makanan.seperti yang terjadi pada tanaman ubi kayu sperti hama uret, tungau merah, Hama tikus. Kemudian ada pula seperti penyakit yang menyerang
tanaman ubi kayu Bercak daun bakteri, Layu bakteri (Pseudomonas solanacearum, Bercak daun coklat
(Cercospora heningsii), Bercak daun konsentris (Phoma phyllostica).
Tanaman ubi kayu ( singkong ) meskipun sering
terserang oleh hama dan penyakit disini ada juga cara mengatasi atau
penggendalian hama.
B.
Perumusan masalah
Disini kami membuat perumusan
tentang makalah kami yang berjudul nematoda yang menyerang tanaman ubi kayu,
bahwa pada ubi kayu bukan hanya bisa terserang oleh nematoda akan tetapi dari
terserang nya oleh nematoda tersebut maka akan datang penyakit yan lain pada
tanaman tersebut.
C.
Pembatasan
Masalah
a. Pengertian
tanaman ubi kayu ( singkong )
b. Jenis-jenis
hama dan penyakit
c. Cara
pengendalian
BAB II PEMBAHASAN
A. ketela
pohon , atau yang lebih dikenal dengan Singkong atau ubi kayu, merupakan pohon
tahunan tropika dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae. Umbinya dikenal
luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran.
Singkong
Merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik rata-rata bergaris
tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis singkong yang
ditanam. Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong
tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala kerusakan
ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida
yang bersifat racun bagi manusia.
1. hama dan penyakit pada tanaman
singkong
1.hama
a.hama uret (Exopholishipoleuca)
Hama kumbang
uret (Exopholishipoleuca), telah
lama dikenal sebagai hama yang sangat merusak pada banyak tanaman budidaya di
Indonesia, terutama pada tanaman perkebunan, walaupun biasanya muncul secara
musiman, tetapi apabila sekali menyerang dapat menggunduli berhektar-hektar
tanaman budidaya dan menyebabkan kerugian yang cukup berarti.
Kumbang
dewasa (legek) berwarna coklat, dengan panjang 2,5 cm, punggung dlan kepala
berwarna hitam, pra dewasa berupa uret atau lundi (kuuk - Sunda), yang
berkembang di dalam tanah, dengan kedalaman 3-10 cm.
Diketahui
untuk 1 ekor betina legek dapat menghasilkan 15-60 butir telur selama hidupnya
dan sering terjadi overlappinggenerasi,
maka bisa dibayangkan berapa juta keturunan hama ini yang terus bertambah bila
tidak terjadi pemblokiran oleh alam atau manusia.
Pengendalian hama uret
- Hama
a)
Uret (Xylenthropus)
Ciri :berada
dalam akar dari tanaman.
Gejala :
tanaman mati pada usia muda, karena akar batang dan umbi dirusak.
Pengendalian:
bersihkan sisa-sisa bahan organik pada saat tanam dan atau mencampur sevin pada
saat pengolahan lahan.
Pengendalian
yang dapat dilakukan petani terhadap hama ini antara lain dengan memutuskan
siklus hidup hama ini, yaitu dengan pemusnahan langsung kuuk/uret dan pengumpulkan
kumbang di lapang (gropyokan). Hal ini memungkinkan untuk dilakukan karena
diketahui hama ini pada pagi sampai siang hari tidak aktif, sehingga ketika
dikumpulkan tidak akan melawan atau beterbangan. Cara gropyokan dapat dengan
menggoyang-goyangkan pohon tempat hama hinggap, kumbang akan berjatuhan dan
berserakan di tanah, sehingga dengan mudah dapat dikumpulkan. Setelah terkumpul
maka legek dapat segera dimusnahkan.
Di samping
itu sekarang sedang dikembangkan pula nematoda entomofag dengan nama spesies Steinernema huidobrensis yang
dapat menyerang dan membunuh hama uret ini di dalam tanah. Nematoda yang berupa
cacing yang sangat kecil ini dapat diberbanyak secara sederhana. Inokulum
nematoda aktif diambil dengan spoit sekitar 5 ml lalu disiramkan (diinokulasi)
ke tubuh uret sehat (terutama bagian abdomennya), lalu biarkan nematoda bekerja
sendiri menginfeksi uret sekitar 5 hari, yang ditandai tubuh uret yang mulai
lembek dan banyak juvenil nematoda yang berseliweran di permukaan tubuh uret.
Untuk aplikasi
secara langsung, maka uret yang sudah diinokulasikan tersebut langsung saja
dibawa ke lahan dan diletakkan di dalam tanah pangkal stek singkong atau
tanaman apa saja yang akan dibudidayakan. Akan lebih baik apabila aplikasi ini
dilakukan pada saat musim hujan dan lahan dalam kondisi basah, sebab dalam
kondisi tersebut nematoda akan lebih mudah beradaptasi ke lingkungan yang baru
daripada aplikasi dilakukan pada musim panas.
Penggunaan
pestisida dirasakan sulit untuk dapat diaplikasikan dalam mengendalikan hama
ini, di samping biasanya kumbang berada di tajuk yang tinggi (sehingga sulit
dicapai nozzle dan cairan semprot pestisida) sekiranya juga kurang efisien
dalam hal biaya mengingat harga pestisida yang mahal dlan belum tentu bisa
mengendalikan hama ini secara menyeluruh, karena sebagian hidupnya ada di dalam
tanah dan sebagian lagi ada di tajuk pohon. Meskipun demikian untuk skala
kecil, pestisida masih relevan untuk digunakan. Pestisida dengan bahan aktif
endosulfan dlan karbaril masih dapat direkomendasikan untuk digunakan di lahan
budidaya. Penyemprotan dilakukan sebaiknya pada sore hari sekitar pukul 16:00
atau 17:00, di mana hama ini mulai aktif bergerak dan makan, sedangkan untuk
fase uretnya (kuuk), yang masih berada di dalam tanah, dapat digunakan
pestisida dengan bahan aktif karbofuran atau diazinon dengan formulasi granul
(butiran) yang banyak dijual di pasaran saat ini, konsentrasi yang digunakan
kalau menggunakan insektisida granule ini ialah 1,5-2 gr/ lubang stek.
Untuk suatu
tindakan pengendalian yang berdaya hasil jangka panjang dan lestari, sekiranya
para petani tidak hanya bergantung pada satu cara pengendalian saja, melainkan
dengan memadukan beberapa cara pengendalian yang saling melengkapi satu dengan
yang lainnya, sehingga kelemahan pada satu metode pengendalian dapat ditutupi
dengan metode pengendalian yang lainnya. Untuk kasus hama kumbang legek ini,
akan lebih ideal lagi apabila petani juga beternak ayam di kebunnya sehingga
hama dapat menjadi pakan ayam.
B. Tungau Merah
Hama yang
paling banyak menyerang singkong adalah tungau merah. Serangan tungau
sangat merugikan petani, karena dapat menurunkan produksi umbi singkong antara
20% - 53%. Serangan tungau merah yang parah bahkan dapat menyebabkan
penurunan produksi mencapai 95%.
Tungau
menghisap jaringan mesofil sampai jaringan tersebut russak. Klorofilpun ikut
rusak sehingga tanaman tidak dapat berfotosintesis. Akibatnya makanan yang
dihasilkan sedikit dan akhirnya hasil panen umbi singkong juga sedikit.
Tanda
serangan tungau merah yaitu timbulnya bintik kuning dipermukaan daun . Bintik
tersebut lama kelamaan melebar dan berubah warna menjadi merah kecoklatandan
akhirnya menghitam. Dan apabila dibalik permukaan bawah daun mengalami
kerusakan yang sangat parah. Kerusakan dapat diperparah oleh kondisi musim
kering, kondisi stress air dan kondisi dimana kesuburan tanah yang rendah.
Pengendalian tungau merah
Untuk
mencegah serangan tungau merah sebaiknya singkong ditanam pada saat
awal musin hujan. Lakukan sanitasi lahan sebelum tanam, apabila ada tanaman
inang dari tungau merah seperti tanaman jambu, petai cina yang ada di sekitar
areal penanaman, maka lakukan pengendalian terlebih dahulu sebelum melakukan
penanaman singkong.
Untuk
mengendalikan serangan tungau merah dapat dilakukan dengan cara menyemprotkan
insektisida berbahan aktif dikofol atau tetradifon. Yang harus diperhatikan
adalah pada saat penyemprotan larutan insektisida harus dicampur dengan
deterjen. Fungsi dari deterjen adalah untuk menghancurkan bulu- bulu tungau
merah sehingga insektisida yang disemprotkan sampai ke kulit tungau merah.
C. Hama tikus
PENGENDALIAN HAMA TIKUS SECARA TERPADU
TIKUS termasuk hama yang sangat merugikan pada tanaman
singkong, karena tikus memakan buah singkong atau ketela pohon, sehingga
menurunkan produksi tanaman singkong. Ini perlu mendapat perhatian khusus di
samping hama lainnya.Karena kehilangan hasil produksi akibat serangan hama
tikus cukup tinggi. Usaha untuk mengendalikan tikus ini sudah banyak dilakukan
oleh para petani,mulai dari sanitasi ,kultur teknik,fisik,cara hayati,mekanik
dan kimia.Namun diakui,bahwa cara-cara pengendalian tersebut belum dilakukan
secara terpadu,sehingga harapan untuk menekan populasi tikus pada tingkat yang
tidak merugikan ternyata sulit dicapai.
Pengendalian hama secara terpadu (PHT) ini akan
terlaksana dengan baik bila petani menghayati konsep dasarnya dan menguasai
berbagai cara pengendalian ke dalam suatu program yang sesuai dengan jenis
organisme pengganggu dan ekosistem pertanian di tempat tersebut.
Konsep pengendalian hama terpadu,sebenarnya sudah
dikenal sejak tahun 1947-an,meskipun sebelumnya penanggulangan hama dengan
jalan memadukan beberapa pengendalian sudah dilaksana kan.
LANGKAH AWAL
PHT dapat didefinisikan sebagai cara pengendalian
dengan memasukkan beberapa cara pengendalian yang terpilih dan serasi serta
memperhatikan segi ekonomi,ekologi sehingga popilasi hama berada pada tingkat
yang secara ekonomi tidak merugikan.Artinta,bahwa PHT bertujuan untuk menekan
populasi hama sampai pada tingkat yang tidak merugikan,pengelolaan kelestarian
alam dan optimasi produksi pertanian.
Sebelum melangkah pada usaha pengendalian tikus dengan
menerapkan PHT,sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu biologi dan ekologi
tikus,sehingga petani akan lebih mudah mengidentifikasi untuk selanjutnya
dilakukan pengendalian.
Tikus termasuk ordo Rodentia,famili Muridae dan sub-famili
Murinae.Dari sub-famili ini ada dua genus yang mempunyai peranan penting
dalam kehidupan manusia yakni genus Mus dan Rattus.
Pada umumnya,tikus (Rattus orgentiventer) tinggal di
pesawahan dan sekitarnya,mempunyai kemampuan berkembang biak sangat pesat.Jika
secara teoritis,tikus mampu berkembang biak menjadi 1.270 ekor per tahun dari
satu pasang ekor tikus saja. Walaupun keadaan ini jarang terjadi,tetapi hal ini
menggambarkan, betapa pesatnya populasi tikus dalam setahun.
Perkembangan tikus di alam banyak dipengaruhi faktor
lingkungan,terutama ketersediaannya sumber makanan,dan populasi tikus akan
meningkat berkaitan dengan puncak pada masa generatif.
Kegiatan tikus lebih aktif pada malam hari,dan
kegiatan hariannya sangat teratur mulai dari mencari makanan,minum,mencari
pasangan sampai orientasi kawasan.Untuk menghindari dari lingkungan yang tudak
menguntungkan,tikus biasanya membuat sarang pada daerah lembab,dekat dengan
sumber air dan makanan seperti di batang pohon,sela-sela batu,gili-gili
irigasi,tanggul,jalan kereta api dan bukit bukit kecil.
Petani dapat membedakan mana yang disebut tikus sawah
dan mana tikus rumah.Pada umumnya,tikus salah selain melakukan aktivitasnya di
sawah,juga dapat melakukan aktivitasnya di rumah. Sedangkan tikus rumah (Rattus
ratusdiardii) hanya melakukan aktivitasnya hanya di rumah saja.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama tikus dapat
dilihat pada umbi singkong yang terlihat tidak utuh akibat dimakan tikus,
terpotong, serta masih mempunyai sisa bagian batang yang tak terpotong.Pada
fase vegetatif hewan tinkus ini tidak menggangu tanamansingkong, tetapi pada
fase genreratif tikus menjadi hama tanaman singkong, karena tikus memakan umbi
dari tanaman singkong.
PHT YANG TEPAT & EFEKTIF
Jika sudah mengetahui biologi dan ekologi tikus,maka
diharapkan petani dapat mengendalikan tikus dengan tepat dan efektif dengan
melihat kondisi lingkungan di lapangan,serta mampu menerapkan konsep
PHT(pengendalian hama terpadu) ada 4 cara sebagai berikut:
• Pertama dengan sanitasi lingkungan,melakukan
pembersihan rumput rumput atau semak-semak yang biasa digunakan tikus untuk
bersarang.
• Kedua,yakni cara fisik dan mekanik,dengan melakukan
pembongkaran sarang tikus,kemudian dibunuh (gropyokan) missal memasukkan air ke
dalam sarangnya,tikus yang keluar dibunuh.
• Ketiga,yakni cara kultur teknik dengan cara
melakukan penanam secara serempak meliputi areal yang luas ,misalnya seluas
0-100 hektar.Cara ini dilakukan untuk menghindari tersedianya makanan bagi
tikus.
• Keempat,yakni melalui cara biologi/hayati dengan
memanfaatkan musuh-,usuh alaminya seperti ular sanca, ularwelang,anjing,burung
elang dan lainnya.
RODENTISIDA
Pengendalian tikus pada saat singkong pada masa
generatif dilakukan secara sanitasi lingkungan dan kimia (Rodentisida).Cara
tersebut di nilai cukup efekti,karena pada masa generatif tikus sudah mulai
melakukan penyerangan terhadap areal pesawahan dan merusak umbi singkong dengan
cara memakan umbi .penggunan rodentisida dilakukan bila populasi tikus yang
tinggi.
Rodentisida
yang biasa digunakan adalah racun akut
dan racun anti-koagulan.Contoh
rodentisida akut yakni czincposphide diberikan dengan cara
diumpankan dengan dosis 22 gram per hektar dicampur umpan sebanyak 2,5
kg.Sedangkan rodentisida antikoagulan yakni racumin,tomorin,dekafit,klerat,RMB
dan lainnya yang siap pakai yang penggunaannya dengan rodentisida akut.
Sementara bahan yang bisa digunakan sebagai umpan
antara lain beras,gabah,jagung,ketela pohon,ubi jalar dan lainnya.Penempatan
umpan dapat di pasang sepanjang larikan dengan jarak 10 m.
Sebelum pemberian umpan beracun sebaiknya dilakukan
perumpanan pendahuluan.Hal ini bertujuan untuk membiasakan tikus makan umpan
dengan jalan memberi umpan tanpa racun selama 2-3 hari.Waktu pengumpnanan
disesuaikan dengan keadaan populasi tikus.
Sesungguhnya,cara penggunaan rodentisida di lapangan
menurut konsep PHT,hendaknya dilakukan sebagai alternative terakhir apabila
cara cara pengendalian lain dinilai tidak efektif lagi.Itupun dengan
catatan,penggunaannya harus secara bijaksana dan tepat dosis.
Pengendalian hama tikus ketika generatif,yang lebih
baik dan efektif adalah dengan pengemposan.Jika cara rodentisida tidak
berhasil.Hal ini disebabkan pada masa generatif makanan berlimpah sehingga
umpan yang beracun tidak akan dimakannya.
Adapun cara pengemposan dilakukan dengan menggunakan
asap atau gas beracun yakni hasil pembakaran serbuk belerang bersama merang
atau sabut kelapa dengan perbandingan 1: 1,5 kemudian dimasukkan ke dalam liang
yang menjadi sarang tikus
2.
Penyakit
a) Bercak daun bakteri
Penyebab : Xanthomonas
manihotis atau Cassava Bacterial Blight/CBG.
Gejala : bercak-bercak bersudut pada daun
lalu bergerak dan mengakibatkan pada daun kering dan akhirnya mati.
Pengendalian: menanam varietas yang
tahan, memotong atau memusnahkan bagian tanaman yang sakit, melakukan
pergiliran tanaman dan sanitasi kebun.
Gambar daun singkong yag terserang bercak daun
bakteri
b) Layu bakteri (Pseudomonas solanacearum )
Ciri : hidup di daun, akar, dan batang.
Gejala : daun mendadak jadi layu seperti
tersiram air panas. Akar, batang, dan umbi langsung membusuk.
Pengendalian
: melakukan pergiliran tanaman, menanam
varietas yang tahan seperti Adira 1, Adira 2 dan Muara, melakukan
pencabutan dan pemusnahan tanaman yang sakit berat.
Gambar Tanaman yang terserang
Penyakit Layu bakteri
c) Bercak daun coklat (Cercospora heningsii)
Penyebab : cendawan yang hidup di dalam
daun.
Gejala
: daun bercak-bercak coklat, mengering, terdapat lubang-lubang
bulat kecil dan jaringan daun mati.
Pengendalian: melakukan pelebaran jarak
tanam, penanaman varietas yang tahan, pemangkasan pada daun yang sakit serta
melakukan sanitasi kebun.
d) Bercak daun konsentris (Phoma phyllostica)
Penyebab : cendawan yang hidup pada daun.
Gejala : adanya bercak kecil dan
titik-titik, terutama pada daun muda.
Pengendalian: memperlebar jarak
tanam, mengadakan sanitasi kebun dan memangkas bagian tanaman yang sakit.
8. GULMA
Sistem penyiangan/pembersihan secara menyeluruh dan
gulmanya dibakar/dikubur dalam seperti yang dilakukan umumnya para petani
Ketela pohon dapat menekan pertumbuhan gulma. Namun demikian, gulma tetap
tumbuh di parit/got dan lubang penanaman. Khusus gulma dari golongan
teki (Cyperus sp.) dapat di berantas
dengan cara manual dengan penyiangan yang dilakukan 2-3 kali
permusim tanam. Penyiangan dilakukan sampai akar tanaman tercabut.
Secara
kimiawi dengan penyemprotan herbisida seperti dari golongan
2,4-D amin dan sulfonil urea. Penyemprotan harus dilakukan dengan hati-hati.
Sedangkan jenis gulma lainnya adalah rerumputan yang
banyak ditemukan di lubang penanaman maupun dalam got/parit. Jenis gulma
rerumputan yang sering dijumpai yaitu jenis rumput belulang (Eleusine indica),
tuton (Echinochloa colona), rumput
grintingan (Cynodon dactilon), rumput pahit
(Paspalum distichum), dan ru put
sunduk gangsir (digitaria ciliaris).
Pembasmian gulma dari
golongan rerumputan dilakukan dengan cara manual yaitu penyiangan
dan penyemprotan herbisida berspektrum sempit misalnya Rumpas 120 EW dengan
konsentrasi 1,0-1,5 ml/liter.
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
ketela pohon
, atau yang lebih dikenal dengan Singkong atau ubi kayu, merupakan pohon
tahunan tropika dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae. Umbinya dikenal
luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran.meskipun
terkadang kita susah membedakan apakah tanaman ubi kayu tersebut terserang oleh
hama,penyakit maupun nematoda lainnya. Tapi kita perlu melakukan perawatan
dengan cara pengendalian hama tersebut, sehingga tanaman tersebut tidak
diserang oleh hama,penyakit maupun nematoda lainnya.
B. Saran
Sebaikknya
kita sering melakukan perawatan pada tanaman sehingga tanaman tidak mudah
terserang oleh hama dan penyakit maupun nematoda lainnya yang dapat merusak
tanaman.
Komentar
Posting Komentar